Tidak diketahui pasti juga PMR WIRA SMA Negeri 1 Brebes kapan dibentuk dan siapa yang mencetuskan yang kami tahu PMR Wira smansa sudah berdiri sejak lama dari generasi ke generasi dari angkatan ke angkatan PMR Wira selalu ada untuk membantu sesama baik di dalam lingkungan SMA Negeri 1 Brebes dan juga dIluar lingkungan SMA Negeri 1 Brebes.
Website PMR WIRA SMA NEGERI 1 BREBES Berisikan Materi Palang Merah Remaja tingkat Wira, Kegiatan, Gallery Photo, Video dan Tempat sharing bagi pemuja Nilai-nilai Kemanusiaan
Tampilkan postingan dengan label sejarah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sejarah. Tampilkan semua postingan
Rabu, 04 September 2019
Sejarah Parasmansa (PMR WIRA SMA NEGERI 1 BREBES)
Selasa, 20 Agustus 2019
SEJARAH BERDIRINYA PALANG MERAH INDONESIA
Palang Merah di Indonesia
sebetulnya sudah dimulai sebelum Perang Dunia II, tepatnya 12 Oktober 1873. Waktu itu, Pemerintah Belanda mendirikan Palang
Merah di Indonesia dengan nama Nederlandsche
Roode Kruis Afdeeling Indie (NERKAI) yang kemudian dibubarkan pada saat
pendudukan Jepang.
Nah, perjuangan
mendirikan Palang Merah Indonesia (PMI)
pun diawali pada tahun 1932. Kegiatan mulia tersebut mula-mula dipelopori oleh Dr. R. C. L. Senduk dan Dr. Bahder Djohan dengan membuat
rancangan pembentukan PMI. Rancangan tersebut mendapat dukungan luas terutama
dari kalangan terpelajar Indonesia dan diajukan ke dalam Sidang Konferensi
Narkai pada 1940. Tapi, sedih banget nih , hal tersebut ternyata ditolak mentah-mentah.
Namun para pemuda dan
pelopor PMI enggak pantang menyerah nih, Mereka masih punya harapan besar.
Akhirnya, rancangan tersebut kemudian disimpan untuk menunggu saat yang tepat.
Pantang menyerah, saat pendudukan Jepang mereka kembali mencoba membentuk Badan
Palang Merah Nasional. Namun, upaya ini lagi-lagi dihalangi oleh Pemerintah
Tentara Jepang hingga rancangan tersebut kembali disimpan.
Proses pembentukan PMI
dimulai 3 September 1945. Saat itu Presiden Soekarno memerintahkan Dr.
Boentaran (Menteri Kesehatan RI Kabinet I) agar membentuk suatu badan Palang
Merah Nasional. Dibantu panitia lima orang yang terdiri dari Dr. R. Mochtar
sebagai Ketua, Dr. Bahder Djohan sebagai Penulis, dan tiga anggota panitia
yaitu Dr. R. M. Djoehana Wiradikarta, Dr. Marzuki, dan Dr. Sitanala. Dengan
bantuan tenaga yang ada, Dr. Boentaran mempersiapkan terbentuknya Palang Merah
Indonesia.
Kala itu, PMI sudah
menemukan titik terang nih, Akhirnya, pada 17 September 1945, PMI lahir dan
kemudian melantik Wakil Presiden Drs. Moh. Hatta sebagai Ketua PMI. Nah, dari
sinilah akhirnya Bung Hatta diangkat dan mendapat julukan Bapak PMI.
Di awal-awal pembentukan,
PMI memulai kegiatannya dengan memberi bantuan korban perang revolusi
kemerdekaan Indonesia dan pengembalian tawanan perang Sekutu maupun Jepang.
Peran utama PMI sendiri
adalah membantu pemerintah di bidang sosial kemanusiaan, terutama tugas
kepalangmerahan sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam ketentuan
Konvensi-Konvensi Jenewa 1949 yang telah diratifikasi oleh pemerintah Republik
Indonesia pada tahun 1958 melalui UU No. 59, !
SEJARAH PALANG MERAH REMAJA
Pada 25-27 Januari 1950,
dilaksanakan Kongres PMI ke-4 di Jakarta muncul sebuah gagasan untuk membentuk
badan PMI untuk tingkat pemuda. Gagasan tersebut dilatarbelakangi ketika Perang
Dunia I, Austria yang mengarahkan anak-anak sekolah untuk membantu kegiatan
perang sesuai kemampuannya. Anak-anak muda bisa mengumpulkan pakaian bekas,
mengumpulkan majalah/koran bekas, dan mengumpulkan serta menghimpun barang yang
bisa digunakan dalam berperang. Dari situlah, ide ini diterapkan dengan
berdirinya Palang Merah Remaja (PMR). PMR resmi dalam wadah pembinaan dan
pengembangan anggota remaja PMI. Dari situlah, akhirnya PMR diterapkan pada
beberapa sekolah yang ada di Indonesia. PMR terbagi mejadi tiga tingkatan,
yaitu PMR Mula untuk tingkatan sekolah dasar, PMR Madya untuk sekolah menengah
pertama dan PMR wira untuk sekolah menengah atas.
Melalui kepelatihan PMR
ini nantinya sebagai kader dalam ranah PMI. Setiap anggota PMR wajib
mendapatkan pelatihan sebelum terlibat sepenuhnya dalam setiap kegiatan. Dalam
Harian Kompas edisi 27 Mei 1974, dijelaskan bahwa anggota PMR diberikan materi
pokok PPPK (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan ) oleh PMI. Baru setelah
dinyatakan lulus, mereka diberikan kartu anggota, tanda pengenal dan seragam
resmi. Tak setiap waktu ada kegiatan, oleh karena itulah untuk mengisi waktu
senggang biasanya PMR diberikan tugas utuk pengumpulan dana pada bulan PMI,
mengunjungi rumah sakit dan panti asuhan. Di rumah sakit dan panti asuhan,
mereka memberikan hiburan hiburan melalui berbagai aktivitas yang membantu
meningkatkan faktor psikologi seseorang agar segera sembuh. Selain acara-acara
seperti itu, PMR juga mengadakan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan
kebersamaan antar-anggota kelompok. Kegiatan yang bernama Jumbara atau Jumpa
Bakti Gembira yang merupakan jambore seperti halnya organisasi pramuka.
Biasanya organisasi ini diadakan pada tiap tingkatan seperti kabupaten, daerah
dan bahkan nasional.
Senin, 19 Agustus 2019
SEJARAH LAMBANG PALANG MERAH, BULAN SABIT MERAH DAN KRISTAL MERAH
SEJARAH LAMBANG PALANG MERAH
Sebelum diadopsinya
lambang Palang Merah,sebagai lambang Universal yang netral, setiap Negara
memiliki tanda penganal perhimpunanya masing – masing. Umumnya, suatu Negara
hanya mengetahui personel medis negaranya saja, dan tidak mengetahui personel
medis lawan mereka. Hal ini menyebabkan personel medis tidak dianggap sebagai
pihak yang netral, melainkan sebagai kesatuan tentara. Maka sebagai tanda
pengenal dibuatlah lambing Palang merah di atas dasar putih ( kebalikan bendera
Swiss) oleh Delegasi dari konfrensi internasional pada tahun 1863 sebagai
perhormatan terhadap Swiss yang telah memfasilitasi konfrensi Internasional,
lambang ini juga memiliki desain yang mudah dikenali & dibuat.
SEJARAH LAMBANG BULAN
SABIT MERAH
Sejarah lambang ini
bermula pada tahun 1876, saat Balkan dilanda perang, sejumlah pekerja Ottoman (
Turki ) dibunuh karena memakai ban lengan Palang Merah. Balkan menganggap
lambang Palang Merah menyerupai Salib yang identic dengan agama tertentu. Balkan
mengajukan permohonan penggunaan lambang Bulan Sabit Merah di atas dasar putih
sebagai lambang perhimpunan mereka. Gagasan ini perlahan-lahan mulai diterima
dan memperoleh semacam pengesahan dalam bentuk “reservasi” dan pada Konferensi
Internasional tahun 1929 secara resmi diadopsi sebagai Lambang yang diakui
dalam Konvensi, bersamaan dengan Lambang Singa dan Matahari Merah di atas dasar
putih yang saat itu dipilih oleh Persia (saat ini Iran). Tahun 1980, Republik
Iran memutuskan untuk tidak lagi menggunakan Lambang tersebut dan memilih
memakai Lambang Bulan Sabit Merah.
SEJARAH LAMBANG KRISTAL
MERAH
Pada Konferensi
Internasional yang ke-29 tahun 2006,
sebuah keputusan penting lahir, yaitu diadopsinya Lambang Kristal Merah
sebagai Lambang keempat dalam Gerakan dan memiliki status yang sama dengan
Lambang lainnya yaitu Palang Merah dan Bulan Sabit Merah. Konferensi
Internasional yang mengesahkan Lambang Kristal Merah tersebut, mengadopsi
Protocol Tambahan III tentang penambahan Lambang Kristal Merah untuk Gerakan, yang
sudah disahkan sebelumnya pada Konferensi Diplomatik tahun 2005.
Usulan membuat Lambang
keempat, yaitu Kristal Merah, diharapkan dapat menjadi jawaban, ketika Lambang
Palang Merah dan Bulan Sabit Merah tidak bisa digunakan dan ‘masuk’ ke suatu
wilayah konflik. Mau tidak mau, perlu disadari bahwa masih banyak pihak selain
Gerakan yang menganggap bahwa Lambang terkait dengan simbol kepentingan
tertentu.
Penggunaan Lambang
Kristal Merah sendiri pada akhirnya memilliki dua pilihan yaitu: dapat
digunakan secara penuh oleh suatu Perhimpunan Nasional, dalam arti mengganti
Lambang Palang Merah atau Bulan Sabit Merah yang sudah digunakan sebelumnya,
atau menggunakan Lambang Kristal Merah dalam waktu tertentu saja ketika Lambang
lainnya tidak dapat diterima di suatu daerah. Artinya, baik Perhimpunan
Nasional, ICRC dan Federasi pun dapat menggunakan Lambang Kristal Merah dalam
suatu operasi kemanusiaan tanpa mengganti kebijakan merubah Lambang sepenuhnya.
FUNGSI LAMBANG
Sebagai Tanda Pengenal:
Bersifat kecil, berlaku di masa damai, mengingatkan perhimpunan Nasional Bahwa
mereka bekerja berdasarkan prinsip dasar gerakan.
Sebagai Tanda
perlingungan: Bersifat besar, berlaku di masa perang, harus menimbulkan reaksi
penghormatan.
PENYALAHGUNAAN LAMBANG :
Setiap negara peserta
Konvensi Jenewa memiliki kewajiban membuat peraturan atau undang-undang untuk
mencegah dan mengurangi penyalahgunaan Lambang. Negara secara khusus harus
mengesahkan suatu peraturan untuk melindungi Lambang Palang Merah dan Bulan Sabit
Merah. Dengan demikian, pemakaian Lambang yang tidak diperbolehkan oleh
Konvensi Jenewa dan Protokol Tambahan merupakan pelanggaran hukum.
Bentuk-bentuk
penyalahgunaan Lambang yaitu :
1.
Peniruan (Imitation):
Penggunaan tanda-tanda
yang dapat disalah artikan sebagai lambang Palang Merah atau Bulan Sabit Merah
(misalnya warna dan bentuk yang mirip). Biasanya digunakan untuk tujuan
komersial.
2.
Penggunaan yang Tidak Tepat (Usurpation):
Penggunaan lambang Palang
Merah atau Bulan Sabit Merah oleh
kelompok atau perseorangan (perusahaan
komersial, organisasi non-pemerintah, perseorangan, dokter swasta,
apoteker dsb) atau penggunaan lambang oleh orang yang berhak namun digunakan
untuk tujuan yang tidak sesuai dengan Prinsip-prinsip Dasar Gerakan (misalnya
seseorang yang berhak menggunakan lambang namun menggunakannya untuk dapat
melewati batas negara dengan lebih mudah pada saat tidak sedang tugas).
3.
Penggunaan yang Melanggar
Ketentuan/Pelanggaran Berat (Perfidy)
Penggunaan lambang Palang
Merah atau Bulan Sabit Merah dalam masa perang untuk melindungi kombatan
bersenjata atau perlengkapan militer (misalnya ambulans atau helikopter
ditandai dengan lambang untuk mengangkut kombatan yang bersenjata; tempat
penimbunan amunisi dilindungi dengan bendera Palang Merah) dianggap sebagai
kejahatan perang.
Sabtu, 17 Agustus 2019
Sejarah Berdirinya Palang Merah Internasional
Sejak Ribuan tahun lalu. Perang antar suku, agama dan kelompok terus berkecamuk Pertempuran disebabkan oleh berbagai hal, dari perselisihan wilayah, perbedaan pendapat dan juga usaha dominasi satu kelompok atas kelompok lainnya konflik tersebut bahkan mengakibatkan banyak orang meninggal dan ribuan orang luka-luka.
Pertempuran Solferino

Buku “ Kenangan dari Solferino “ (Un Souvenir De Solferino )

1. Perlunya mendirikan perhimpunan bantuan di setiap negara yang terdiri dari sukarelawan untuk merawat orang yg terluka pada waktu perang.
2. Perlunya kesepakatan internasional guna melindungi prajurit yang terluka dalam medan perang dan orang-orang yg merawatnya serta memberikan status netral kepada mereka
Selanjutnya Dunant mengirimkan buku tersebut kepada keluarga-keluarga terkemuka di Eropa, para pemimpin Militer, politikus, dermawan & teman-temannya.
Usaha tersebut membuahkan hasil yang tak terduga, Dunant diundang kemana-mana dan dipuji dimana-mana. Banyak orang tertarik dengan ide Henry Dunant termasuk Gustave Moynier seorang pengacara dan Ketua The Geneva Public Welfare Society (GPWS) mengajak Dunant mengemukakan idenya dalam pertemuan GPWS tgl. 9 Februari 1863 di Jenewa.
Terbentuknya Palang Merah International
160 dari 180 orang anggota GPWS mendukung ide Henry Dunant. Pada ssat itu juga ditunjuklah Empat Orang anggota GPWS dan dibentuklah KOMITE LIMA untuk memperjuangkan terwujudnya ide Henry Dunant, mereka adalah :
1. GUSTAVE MOYNIER
2. Dr. LOUIS APPIA
3. Dr. Theodore Maunier
4. Jenderal Guillame-Hendri Dufour
5. Henry Dunant

Sebagai suatu lembaga yang bersifat Internasional, sebutan PALANG MERAH INTERNASIONAL, barulah dikenal pada tahun 1867 pada Konferensi Palang Merah ke I di Paris dengan komponen-komponen : KOMITE INTERNASIONAL PALANG MERAH dan PERHIMPUNAN – PERHIMPUNAN NASIONAL PALANG MERAH.
Konperensi diikuti utusan-utusan dari : Austria, Belgia, Belanda, Italy, Norwegia, Portugal, Rusia, Spanyol, Sudan, Swedia dan Swiss.
Setelah terbentuknya LIGA PERHIMPUNAN NASIONAL PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH pada tahun 1919, barulah kedudukan PALANG MERAH INTERNASIONAL sebagai lembaga yang mempunyai statuta sendiri, dikukuhkan melalui Konperensi Internasional pada tahun 1928 di Den Haag dengan komponen-komponennya terdiri dari :
A. LIGA PERHIMPUNAN NASIONAL PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH
B. KOMITE INTERNASIONAL PALANG MERAH
C. PERHIMPUNAN-PERHIMPUNAN PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH NASIONAL
Langganan:
Postingan (Atom)