Tampilkan postingan dengan label sejarah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sejarah. Tampilkan semua postingan

Rabu, 04 September 2019

Sejarah Parasmansa (PMR WIRA SMA NEGERI 1 BREBES)

Sejarah Parasmansa (PMR WIRA SMA NEGERI 1 BREBES)

Tidak ada catatan khusus tentang awal mula kenapa dinamakan Parasmansa. Sebutan parasmansa hanyalah singkatan yang merujuk pada PMR WIRA SMA Negeri 1 BREBES atau PMR WIRA SMANSABES. Dalam Bahasa spanyol PARA berarti Untuk dan jika digabungkan menjadi PARASMANSA maka artinya adalah untuk sma negeri satu brebes. Yah, seperti itulah PARASMANSA selalu memberikan rasa kepedulian dan kemanusiaan untuk SMA NEGERI 1 BREBES. Walaupun ada anggapan bahwa PARASMANSA berarti juga, PARA jika merujuk pada kalimat PARANORMAL yang artinya orang yang memiliki kemampuan yang tidak normal atau PARA Asian games yang di ikuti oleh orang – orang yang berkebutuhan khusus. Bisa diambil kesimpulan bahwa PARA adalah orang yang memiliki kemampuan yang lebih baik daripada orang yang normal. Sedangkan SMANSA bisa diartikan sebagai SISWA DAN SISWI SMA Negeri 1 Brebes. Sehingga disimpulkan bahwa PARASMANSA memiliki arti Siswa dan Siswa SMA Negeri 1 Brebes yang memiliki kemampuan lebih dari orang biasa khususnya di dalam bidang Kesehatan, Kemanusiaan, dan Kepedulian.

Tidak diketahui pasti juga PMR WIRA SMA Negeri 1 Brebes kapan dibentuk dan siapa yang mencetuskan yang kami tahu PMR Wira smansa sudah berdiri sejak lama dari generasi ke generasi dari angkatan ke angkatan PMR Wira selalu ada untuk membantu sesama baik di dalam lingkungan SMA Negeri 1 Brebes dan juga dIluar lingkungan SMA Negeri 1 Brebes.

Selasa, 20 Agustus 2019

SEJARAH BERDIRINYA PALANG MERAH INDONESIA

SEJARAH BERIDRINYA PALANG MERAH INDONESIA

Palang Merah di Indonesia sebetulnya sudah dimulai sebelum Perang Dunia II, tepatnya 12 Oktober 1873. Waktu itu, Pemerintah Belanda mendirikan Palang Merah di Indonesia dengan nama Nederlandsche Roode Kruis Afdeeling Indie (NERKAI) yang kemudian dibubarkan pada saat pendudukan Jepang.

Nah, perjuangan mendirikan Palang Merah Indonesia (PMI) pun diawali pada tahun 1932. Kegiatan mulia tersebut mula-mula dipelopori oleh Dr. R. C. L. Senduk dan Dr. Bahder Djohan dengan membuat rancangan pembentukan PMI. Rancangan tersebut mendapat dukungan luas terutama dari kalangan terpelajar Indonesia dan diajukan ke dalam Sidang Konferensi Narkai pada 1940. Tapi, sedih banget nih  , hal tersebut ternyata ditolak mentah-mentah.

Namun para pemuda dan pelopor PMI enggak pantang menyerah nih, Mereka masih punya harapan besar. Akhirnya, rancangan tersebut kemudian disimpan untuk menunggu saat yang tepat. Pantang menyerah, saat pendudukan Jepang mereka kembali mencoba membentuk Badan Palang Merah Nasional. Namun, upaya ini lagi-lagi dihalangi oleh Pemerintah Tentara Jepang hingga rancangan tersebut kembali disimpan.

Proses pembentukan PMI dimulai 3 September 1945. Saat itu Presiden Soekarno memerintahkan Dr. Boentaran (Menteri Kesehatan RI Kabinet I) agar membentuk suatu badan Palang Merah Nasional. Dibantu panitia lima orang yang terdiri dari Dr. R. Mochtar sebagai Ketua, Dr. Bahder Djohan sebagai Penulis, dan tiga anggota panitia yaitu Dr. R. M. Djoehana Wiradikarta, Dr. Marzuki, dan Dr. Sitanala. Dengan bantuan tenaga yang ada, Dr. Boentaran mempersiapkan terbentuknya Palang Merah Indonesia.

Kala itu, PMI sudah menemukan titik terang nih, Akhirnya, pada 17 September 1945, PMI lahir dan kemudian melantik Wakil Presiden Drs. Moh. Hatta sebagai Ketua PMI. Nah, dari sinilah akhirnya Bung Hatta diangkat dan mendapat julukan Bapak PMI.

Di awal-awal pembentukan, PMI memulai kegiatannya dengan memberi bantuan korban perang revolusi kemerdekaan Indonesia dan pengembalian tawanan perang Sekutu maupun Jepang.
Peran utama PMI sendiri adalah membantu pemerintah di bidang sosial kemanusiaan, terutama tugas kepalangmerahan sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam ketentuan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949 yang telah diratifikasi oleh pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1958 melalui UU No. 59,  !

SEJARAH PALANG MERAH REMAJA


SEJARAH PALANG MERAH REMAJA
Pada 25-27 Januari 1950, dilaksanakan Kongres PMI ke-4 di Jakarta muncul sebuah gagasan untuk membentuk badan PMI untuk tingkat pemuda. Gagasan tersebut dilatarbelakangi ketika Perang Dunia I, Austria yang mengarahkan anak-anak sekolah untuk membantu kegiatan perang sesuai kemampuannya. Anak-anak muda bisa mengumpulkan pakaian bekas, mengumpulkan majalah/koran bekas, dan mengumpulkan serta menghimpun barang yang bisa digunakan dalam berperang. Dari situlah, ide ini diterapkan dengan berdirinya Palang Merah Remaja (PMR). PMR resmi dalam wadah pembinaan dan pengembangan anggota remaja PMI. Dari situlah, akhirnya PMR diterapkan pada beberapa sekolah yang ada di Indonesia. PMR terbagi mejadi tiga tingkatan, yaitu PMR Mula untuk tingkatan sekolah dasar, PMR Madya untuk sekolah menengah pertama dan PMR wira untuk sekolah menengah atas.

Melalui kepelatihan PMR ini nantinya sebagai kader dalam ranah PMI. Setiap anggota PMR wajib mendapatkan pelatihan sebelum terlibat sepenuhnya dalam setiap kegiatan. Dalam Harian Kompas edisi 27 Mei 1974, dijelaskan bahwa anggota PMR diberikan materi pokok PPPK (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan ) oleh PMI. Baru setelah dinyatakan lulus, mereka diberikan kartu anggota, tanda pengenal dan seragam resmi. Tak setiap waktu ada kegiatan, oleh karena itulah untuk mengisi waktu senggang biasanya PMR diberikan tugas utuk pengumpulan dana pada bulan PMI, mengunjungi rumah sakit dan panti asuhan. Di rumah sakit dan panti asuhan, mereka memberikan hiburan hiburan melalui berbagai aktivitas yang membantu meningkatkan faktor psikologi seseorang agar segera sembuh. Selain acara-acara seperti itu, PMR juga mengadakan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kebersamaan antar-anggota kelompok. Kegiatan yang bernama Jumbara atau Jumpa Bakti Gembira yang merupakan jambore seperti halnya organisasi pramuka. Biasanya organisasi ini diadakan pada tiap tingkatan seperti kabupaten, daerah dan bahkan nasional.

Senin, 19 Agustus 2019

SEJARAH LAMBANG PALANG MERAH, BULAN SABIT MERAH DAN KRISTAL MERAH


SEJARAH LAMBANG PALANG MERAH, BULAN SABIT MERAH DAN KRISTAL MERAH

SEJARAH LAMBANG PALANG MERAH
Sebelum diadopsinya lambang Palang Merah,sebagai lambang Universal yang netral, setiap Negara memiliki tanda penganal perhimpunanya masing – masing. Umumnya, suatu Negara hanya mengetahui personel medis negaranya saja, dan tidak mengetahui personel medis lawan mereka. Hal ini menyebabkan personel medis tidak dianggap sebagai pihak yang netral, melainkan sebagai kesatuan tentara. Maka sebagai tanda pengenal dibuatlah lambing Palang merah di atas dasar putih ( kebalikan bendera Swiss) oleh Delegasi dari konfrensi internasional pada tahun 1863 sebagai perhormatan terhadap Swiss yang telah memfasilitasi konfrensi Internasional, lambang ini juga memiliki desain yang mudah dikenali & dibuat.

SEJARAH LAMBANG BULAN SABIT MERAH
Sejarah lambang ini bermula pada tahun 1876, saat Balkan dilanda perang, sejumlah pekerja Ottoman ( Turki ) dibunuh karena memakai ban lengan Palang Merah. Balkan menganggap lambang Palang Merah menyerupai Salib yang identic dengan agama tertentu. Balkan mengajukan permohonan penggunaan lambang Bulan Sabit Merah di atas dasar putih sebagai lambang perhimpunan mereka. Gagasan ini perlahan-lahan mulai diterima dan memperoleh semacam pengesahan dalam bentuk “reservasi” dan pada Konferensi Internasional tahun 1929 secara resmi diadopsi sebagai Lambang yang diakui dalam Konvensi, bersamaan dengan Lambang Singa dan Matahari Merah di atas dasar putih yang saat itu dipilih oleh Persia (saat ini Iran). Tahun 1980, Republik Iran memutuskan untuk tidak lagi menggunakan Lambang tersebut dan memilih memakai Lambang Bulan Sabit Merah.

SEJARAH LAMBANG KRISTAL MERAH
Pada Konferensi Internasional yang ke-29 tahun 2006,  sebuah keputusan penting lahir, yaitu diadopsinya Lambang Kristal Merah sebagai Lambang keempat dalam Gerakan dan memiliki status yang sama dengan Lambang lainnya yaitu Palang Merah dan Bulan Sabit Merah. Konferensi Internasional yang mengesahkan Lambang Kristal Merah tersebut, mengadopsi Protocol Tambahan III tentang penambahan Lambang Kristal Merah untuk Gerakan, yang sudah disahkan sebelumnya pada Konferensi Diplomatik tahun 2005.
Usulan membuat Lambang keempat, yaitu Kristal Merah, diharapkan dapat menjadi jawaban, ketika Lambang Palang Merah dan Bulan Sabit Merah tidak bisa digunakan dan ‘masuk’ ke suatu wilayah konflik. Mau tidak mau, perlu disadari bahwa masih banyak pihak selain Gerakan yang menganggap bahwa Lambang terkait dengan simbol kepentingan tertentu.
Penggunaan Lambang Kristal Merah sendiri pada akhirnya memilliki dua pilihan yaitu: dapat digunakan secara penuh oleh suatu Perhimpunan Nasional, dalam arti mengganti Lambang Palang Merah atau Bulan Sabit Merah yang sudah digunakan sebelumnya, atau menggunakan Lambang Kristal Merah dalam waktu tertentu saja ketika Lambang lainnya tidak dapat diterima di suatu daerah. Artinya, baik Perhimpunan Nasional, ICRC dan Federasi pun dapat menggunakan Lambang Kristal Merah dalam suatu operasi kemanusiaan tanpa mengganti kebijakan merubah Lambang sepenuhnya.

FUNGSI LAMBANG
Sebagai Tanda Pengenal: Bersifat kecil, berlaku di masa damai, mengingatkan perhimpunan Nasional Bahwa mereka bekerja berdasarkan prinsip dasar gerakan.
Sebagai Tanda perlingungan: Bersifat besar, berlaku di masa perang, harus menimbulkan reaksi penghormatan.

PENYALAHGUNAAN LAMBANG :
Setiap negara peserta Konvensi Jenewa memiliki kewajiban membuat peraturan atau undang-undang untuk mencegah dan mengurangi penyalahgunaan Lambang. Negara secara khusus harus mengesahkan suatu peraturan untuk melindungi Lambang Palang Merah dan Bulan Sabit Merah. Dengan demikian, pemakaian Lambang yang tidak diperbolehkan oleh Konvensi Jenewa dan Protokol Tambahan merupakan pelanggaran hukum.
Bentuk-bentuk penyalahgunaan Lambang yaitu :

1.      Peniruan (Imitation):
Penggunaan tanda-tanda yang dapat disalah artikan sebagai lambang Palang Merah atau Bulan Sabit Merah (misalnya warna dan bentuk yang mirip). Biasanya digunakan untuk tujuan komersial.

2.      Penggunaan yang Tidak Tepat (Usurpation):
Penggunaan lambang Palang Merah atau Bulan Sabit Merah oleh  kelompok atau perseorangan (perusahaan  komersial, organisasi non-pemerintah, perseorangan, dokter swasta, apoteker dsb) atau penggunaan lambang oleh orang yang berhak namun digunakan untuk tujuan yang tidak sesuai dengan Prinsip-prinsip Dasar Gerakan (misalnya seseorang yang berhak menggunakan lambang namun menggunakannya untuk dapat melewati batas negara dengan lebih mudah pada saat tidak sedang tugas).

3.      Penggunaan yang Melanggar Ketentuan/Pelanggaran Berat (Perfidy)
Penggunaan lambang Palang Merah atau Bulan Sabit Merah dalam masa perang untuk melindungi kombatan bersenjata atau perlengkapan militer (misalnya ambulans atau helikopter ditandai dengan lambang untuk mengangkut kombatan yang bersenjata; tempat penimbunan amunisi dilindungi dengan bendera Palang Merah) dianggap sebagai kejahatan perang.

Sabtu, 17 Agustus 2019

Sejarah Berdirinya Palang Merah Internasional

Perang animasi

Sejak Ribuan tahun lalu. Perang antar suku, agama dan kelompok terus berkecamuk Pertempuran disebabkan oleh berbagai hal, dari perselisihan wilayah, perbedaan pendapat dan juga usaha dominasi satu kelompok atas kelompok lainnya konflik tersebut bahkan mengakibatkan banyak orang meninggal dan ribuan orang luka-luka.

Pertempuran Solferino

angka dalam pertempuran di wilayah solferinoPada tanggal 24 Juni 1859, Seorang pemuda Swiss bernama Jean Henry Dunant melakuan perjalanan untuk menjumpai kaisar Prancis, Napoleon III denga tujuan Bisnis, didalam perjalanannya Jean Henry Dunant menyaksikan dengan mata kepala sendiri pertempuran yang dahsyat di Solferino sebuah kota kecil yang terletak di daratan rendah Propinsi Lambordi, sebelah utara Italia, berlangsung pertempuran sengit antara prajurit Perancis dan Austria. Pertempuran yang berlangsung sekitar 16 jam dan melibatkan 320.000 orang prajurit itu, menelan puluhan ribu korban tewas dan luka-luka. Sekitar 40 ribu orang meninggal dalam pertempuran sementara bantuan untuk tenaga medis sangat kurang dalam peperangan tersebut. menyaksikan pemandangan yang sangat mengerikan akibat pertempuran, membuat kesedihannya muncul dan terlupa akan tujuannya bertemu dengan Kaisar Napoleon III. Henry Dunant mengumpulkan orang-orang dari desa-desa sekitarnya, dan tinggal di sana selama tiga hari untuk dengan sungguh-sungguh menghabiskan waktunya untuk merawat orang yang terluka.Ribuan orang yang terluka tanpa perawatan dan dibiarkan mati di tempat karena pelayanan medis yang tidak mencukupi jumlahnya dan tidak memadai dalam tugas/ketrampilan, membuatnya sangat tergugah. Kata-kata bijaknya yang diungkapkan saat itu , Siamo tutti fratelli ( Kita semua Saudara ), membuka hati para sukarelawan untuk melayani kawan maupun lawan tanpa membedakannya.

Buku “ Kenangan dari Solferino “ (Un Souvenir De Solferino )

Ide Jean Henry dunant dalam buku kenangan di solferinoSekembalinya Jean Henry Dunant ke Swiss, membuatnya terus dihantui oleh mimpi buruk yang disaksikannya di Solferino. Banyaknya orang yang menderita luka - luka dan banyaknya orang yang meninggal membuat Jean Henry Dunant tidak dapat menghilangkan bayangan buruk dalam pikirannya dan untuk menarik perhatian dunia akan kenyataan kejamnya perang, ditulisnya sebuah buku dan diterbitkan dengan biaya sendiri pada Bulan Nopember 1862 dengan judul buku “ Kenangan dari Solferino “ (Un Souvenir De Solferino) .Buku itu mengandung dua gagasan penting yaitu : 
1.     Perlunya mendirikan perhimpunan bantuan di setiap negara yang terdiri dari sukarelawan untuk merawat orang yg terluka pada waktu perang.
2.     Perlunya kesepakatan internasional guna melindungi prajurit yang terluka dalam medan perang dan orang-orang yg merawatnya serta memberikan status netral kepada mereka

Selanjutnya  Dunant mengirimkan buku tersebut kepada keluarga-keluarga terkemuka di Eropa, para pemimpin Militer, politikus, dermawan & teman-temannya.
Usaha tersebut membuahkan hasil yang tak terduga, Dunant diundang kemana-mana dan dipuji dimana-mana. Banyak orang tertarik dengan ide Henry Dunant termasuk Gustave Moynier seorang pengacara dan Ketua The Geneva Public Welfare Society (GPWS) mengajak Dunant mengemukakan idenya dalam pertemuan GPWS tgl. 9 Februari 1863 di Jenewa.

Terbentuknya Palang Merah International

160 dari 180 orang anggota GPWS mendukung ide Henry Dunant. Pada ssat itu juga ditunjuklah Empat Orang anggota GPWS dan dibentuklah KOMITE LIMA  untuk memperjuangkan terwujudnya ide Henry Dunant, mereka adalah :

1.     GUSTAVE MOYNIER
2.     Dr. LOUIS APPIA
3.     Dr. Theodore Maunier
4.     Jenderal Guillame-Hendri Dufour
5.     Henry Dunant

5 Pendiri Palang Merah InternationalJean Henry Dunant walaupun bukan anggota GPWS, namun dalam Komite tersebut ditunjuk menjadi Sekretaris. Pada tanggal 17 Februari 1863 Komite Lima berganti nama menjadi KOMITE TETAP INTERNASIONAL UNTUK PERTOLONGAN PRAJURIT YANG TERLUKA sekaligus mengangkat ketua baru yaitu Jendral Guillame Henri Dufour. Dalam rapat tanggal 25 Agustus 1863 Komite Tetap memutuskan untuk menyelenggarakan suatu Komperensi Internasional.Tahun 1864, pemerintah Swiss menyetujui adanya Konvensi Perbaikan Prajurit yang terluka di medan perang yang diikuti 12 kepala negara yang menandatangani Perjanjian Internasional yang sekarang dikenal dengan Konvensi Jenewa I.

Sebagai suatu lembaga yang bersifat Internasional, sebutan PALANG MERAH INTERNASIONAL, barulah dikenal pada tahun 1867 pada Konferensi Palang Merah ke I di Paris dengan komponen-komponen : KOMITE INTERNASIONAL PALANG MERAH dan PERHIMPUNAN – PERHIMPUNAN NASIONAL PALANG MERAH.

Konperensi diikuti utusan-utusan dari : Austria, Belgia, Belanda, Italy, Norwegia, Portugal, Rusia, Spanyol, Sudan, Swedia dan Swiss.

Setelah terbentuknya LIGA PERHIMPUNAN NASIONAL PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH pada tahun 1919, barulah kedudukan PALANG MERAH INTERNASIONAL sebagai lembaga yang mempunyai statuta sendiri, dikukuhkan melalui Konperensi Internasional pada tahun 1928 di Den Haag dengan komponen-komponennya terdiri dari :

A.  LIGA PERHIMPUNAN NASIONAL PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH
B.  KOMITE INTERNASIONAL PALANG MERAH
C. PERHIMPUNAN-PERHIMPUNAN PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH NASIONAL